Sepeda motor melaju tanpa bensin dan hanya mengandalkan angin. Apa bisa? Putra Darmagita, mahasiswa perguruan tinggi swasta di Denpasar, Bali, berhasil mempraktikkannya dengan Honda Supra X produksi 2000. Meski belum sempurna betul, bebek Honda itu bisa melesat.
Putra melakukan pengembangan itu bukan sekadar iseng, melainkan untuk tugas akhirnya. Temuannya ini bukan pula yang pertama karena hal itu sebelumnya sudah dibuktikan oleh Edy Chandra dari Pontianak, Kalimantan Barat.
Cara kerja Supra X bikinan putra Pulau Dewata ini sangat simpel. Untuk menggerakkan piston di dalam silinder, kita tak membutuhkan pemantik. Jadi, udara di dalam tabung khusus bertekanan maksimal 3.000 psi dialirkan ke ruang bakar lewat lubang intake yang bentuknya sudah dimodifikasi. Setelah itu, angin menonjok kepala piston hingga ke bawah (titik mati bawah atau TMB) dan membuang ke luar lewat lubang knalpot pada saat piston atau seher kembali ke titik mati atas (TMA).
"Logikanya, kalau seher ditekan angin ke bawah, pasti enggak akan balik ke atas meski ada lubang buang. Tapi, karena ada gaya puntir (torsi) bandul kruk as, seher dapat kembali ke posisi atas sambil buang angin. Jika tekanan berulang, maka mesin dapat memutar roda belakang lewat gear," ungkap Putra.
Hanya, lanjutnya, butuh tekanan udara ideal untuk menggerakkan seher. Bahkan, tekanan harus diatur regulator agar kecepatan motor bisa dibikin cepat.
Dia mengakui, dibutuhkan angin bertekanan 300 psi untuk menggerakkan motor rakitannya. Adapun kecepatannya diatur regulator dengan dibantu grip gas. "Belum sempurna. Dengan tekanan angin 300 psi, kecepatan motor pernah menyentuh 60 km per jam. Kendalanya, sambungan selang dari tangki ke regulator hingga ke ruang bakar belum dapat part yang kuat menerima udara tekanan tinggi," urai punggawa klub GTX Motorsport ini.
Dari segi tampilan, Supra ini tergolong unik. Modelnya sudah diubah bergaya drag agar tangki khusus itu mendapat dudukan yang sempurna. Setelah itu, pegangan roda belakang mengaplikasi model lengan ayun tunggal.
Meski digerakkan pakai angin, Supra ini tetap butuh oli di bak mesin untuk melumasi gigi penghubung dan kruk as saat piston berputar. Baru kemudian, gear reduksi memutar ban belakang.
Ini boleh juga jadi solusi di tengah krisis BBM bersubsidi.
Putra melakukan pengembangan itu bukan sekadar iseng, melainkan untuk tugas akhirnya. Temuannya ini bukan pula yang pertama karena hal itu sebelumnya sudah dibuktikan oleh Edy Chandra dari Pontianak, Kalimantan Barat.
Cara kerja Supra X bikinan putra Pulau Dewata ini sangat simpel. Untuk menggerakkan piston di dalam silinder, kita tak membutuhkan pemantik. Jadi, udara di dalam tabung khusus bertekanan maksimal 3.000 psi dialirkan ke ruang bakar lewat lubang intake yang bentuknya sudah dimodifikasi. Setelah itu, angin menonjok kepala piston hingga ke bawah (titik mati bawah atau TMB) dan membuang ke luar lewat lubang knalpot pada saat piston atau seher kembali ke titik mati atas (TMA).
"Logikanya, kalau seher ditekan angin ke bawah, pasti enggak akan balik ke atas meski ada lubang buang. Tapi, karena ada gaya puntir (torsi) bandul kruk as, seher dapat kembali ke posisi atas sambil buang angin. Jika tekanan berulang, maka mesin dapat memutar roda belakang lewat gear," ungkap Putra.
Hanya, lanjutnya, butuh tekanan udara ideal untuk menggerakkan seher. Bahkan, tekanan harus diatur regulator agar kecepatan motor bisa dibikin cepat.
Dia mengakui, dibutuhkan angin bertekanan 300 psi untuk menggerakkan motor rakitannya. Adapun kecepatannya diatur regulator dengan dibantu grip gas. "Belum sempurna. Dengan tekanan angin 300 psi, kecepatan motor pernah menyentuh 60 km per jam. Kendalanya, sambungan selang dari tangki ke regulator hingga ke ruang bakar belum dapat part yang kuat menerima udara tekanan tinggi," urai punggawa klub GTX Motorsport ini.
Dari segi tampilan, Supra ini tergolong unik. Modelnya sudah diubah bergaya drag agar tangki khusus itu mendapat dudukan yang sempurna. Setelah itu, pegangan roda belakang mengaplikasi model lengan ayun tunggal.
Meski digerakkan pakai angin, Supra ini tetap butuh oli di bak mesin untuk melumasi gigi penghubung dan kruk as saat piston berputar. Baru kemudian, gear reduksi memutar ban belakang.
Ini boleh juga jadi solusi di tengah krisis BBM bersubsidi.
Komentar
Posting Komentar