"Sekolah ini sama seperti sekolah formal, yang membedakan adalah sekolah ini terintegrasi langsung dengan alam. Unsur alamnya sudah kental," ujar Tasya, fasilitator kelas 5 SD Sekolah Alam Cikeas, saat menjadi partisipan Green Festival 2010, Sabtu (6/11/2010) di Jakarta.
Tasya mengatakan, siswa belajar tidak menggunakan ruangan kelas, tetapi belajar di saung-saung terbuat dari bambu dan kayu. Namun demikian, siswa tetap diberikan pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, serta Bahasa Inggris seperti di sekolah umum dan tetap menggunakan kurikulum dari Kementrian Pendidikan Nasional.
"Namun tetap ada bedanya. Misalnya, saat belajar Matematikaa, siswa disuruh mencari batu kemudian ditambah-tambah jumlahnya. Ini bisa sekaligus menjadi pelajaran berhitung atau belajar tentang reproduks hewan dari hewan-hewan yang dipelihara di SD Alam Cikeas, " ucap Tasya.
Di acara Green Festival 2010 kali ini, tema yang diusung SD Alam Cikeas adalah Pengalaman Merupakan Sekolah yang Terbaik. "Saat ini sudah tahun ke empat kami berdiri dengan jumlah 200 murid mulai dari playgroup, TK, dan SD jumlah guru sebanyak 30 guru," kata Tasya.
Pelajaran lain selain akademik, siswa juga mendapatkan pelajaran soft skills seperti menabung sampah, berkebun, berternak, serta melakukan penelitian. Hal itu sesuai prinsip sekolah yang mengajarkan, bahwa alam memang menjadi fokus sekolah ini karena kegelisahan mengenai konservasi alam.
"Perlindungan alam bisa kita lakukan melalui pendidikan anak, namun dengan menyenangkan cara belajar mereka di alam sehingga tidak akan bosan seperti belajar di dalam kelas," kata Tasya.
"Siswa SD Sekolah Alam Cikeas kini berperan sebagai polisi sampah, di Green Festival 2010, tugasnya yaitu menegur para pengunjung yang membuang sampah sembarangan," lanjut Tasya.
Visit Us nice tngktkan kmbli
BalasHapus