Langsung ke konten utama

Strategi Investasi Emas Semua Kalangan

Investasi emas bisa dibilang hal yang paling menjanjikan untuk tujuan jangka panjang. Harganya yang dalam naik signitifkan 5 tahun terakhir ini menjadi ketertarikan tersendiri bagi para investor, baik para investor kalangan awam yang bermain di sektor investasi riil, maupun investor sophisticated yang sudah terbiasa dengan berinvestasi di atas kertas. Penyebabnya harga emas menjadi meroket adalah saat terjadi krisis dan semakin meningkatnya mata uang dalam bentuk dinar dan dirham juga membuat beberapa kalangan menggalakkan saving dan bertransaksi dalam bentuk koin dinar.

Jika anda tertarik berinvestasi emas maka lebih baik anda mengetahui kelebihan dan kekurangannya dan bagaimana strategi yang cocok dalam, sehingga kita bisa berinvestasi dengan bijak dan arif.

Kelebihan berinvestasi pada emas:

1. Anti-krisis dan inflasi

Emas bisa dibilang sebagai investasi yang anti krisis dan inflasi. Dalam kondisi inflasi, harga emas akan melonjak karena bisa dibilang emas adalah cermin sempurna dari nilai barang di pasaran. Jika harga barang-barang naik, maka emas juga naik dengan setara. Dalam kondisi rupiah yang melemah, emas juga akan naik.

2. Berbentuk fisik

Bagi sebagian orang, rasanya kurang nyaman berinvestasi dalam bentuk aset kertas seperti saham, reksadana, sukuk dan sebagainya. Investasi akan lebih aman (dari risiko penipuan) kalau barangnya sendiri berwujud seperti tanah, properti, ternak atau emas. Selain berbentuk fisik sehingga merasa aman, emas juga bisa dibentuk dengan menarik dan berkilau, sehingga cocok untuk dijadikan perhiasan. Sambil berhias, juga investasi, begitu kilah para ibu yang mengumpulkan emas di pergelangan tangan, leher, dan jari-jemarinya. Tidak salah juga sih investasi dalam bentuk emas perhiasan, namun hasilnya tidak seoptimal emas murni atau koin Dinar.

3. Dapat digadaikan/dijadikan jaminan

Karena sifat fisiknya yang tidak aus, emas bisa dijadikan sebagai jaminan gadai yang sangat baik. Hanya dalam waktu 15 menit, isi kantong bisa kembali penuh hanya dengan menggadaikan emas di bank syariah.

Kekurangan berinvestasi pada emas

  1. Tidak praktis

Di satu sisi, investasi emas dalam bentuk fisik digemari sebagian masyarakat yang merasa lebih aman dengan melihat investasi berwujud. Namun di sisi lain, investasi dalam fisik emas juga cukup merepotkan. Untuk membeli dan menjual emas, kita harus betul-betul membawa fisik emasnya. Tidak bisa menggunakan transaksi elektronik seperti halnya investasi pada perbankan atau pasar modal.

  1. Penyimpanan & pengamanan

Sampai saat ini, belum ada rekening emas di perbankan. ETF berbasis emas juga belum ada di Indonesia. Perdagangan komoditi emas memang sudah ada, tapi belum sesuai syariah. Maka pilihan satu-satunya masih harus transaksi fisik. Ini artinya, kita harus menyiapkan media penyimpanan dan pengamanan bagi emas tersebut. Sebagai solusinya, brangkas di rumah bisa jadi pilihan, tapi safe deposit box di bank juga sebetulnya tidak terlalu mahal dibandingkan dengan harga sekeping emas.

  1. Dana macet

Kalau investasi emas dengan cara menyimpan emas, maka itu sama saja dengan menyimpan dalam dana macet. Memang betul harganya bisa naik dan kita mendapatkan keuntungan, tapi kalau terlalu banyak menyimpan dana macet seperti itu membuat ekonomi menjadi kurang bergerak karena emasnya diam saja tidak produktif. Tidak seperti deposito atau saham yang uangnya terus berputar di dunia usaha.

Melihat kelebihan dan kekurangannya, maka investasi dalam bentuk emas sangat cocok untuk menjaga nilai aset di masa depan atau sebagai cadangan dalam menghadapi krisis dan inflasi. Ini artinya, emas selayaknya menjadi dana cadangan dalam portfolio dan jumlahnya tidak lebih dari 5%-10% dari total aset kita. Emas juga cocok untuk investasi berbasis mata uang asing seperti haji, umroh dan pendidikan luar negeri; maka menyimpan emas lebih dari sekedar cadangan diperbolehkan untuk keperluan tadi.

Karena sifatnya yang berbentuk fisik dan tidak produktif, maka salah satu strategi dalam berinvestasi emas adalah dengan memanfaatkan jasa perbankan yaitu rahn (gadai emas) dan/atau (SDB) safe deposit box. SDB untuk menyimpan emas cadangan, dan rahn digunakan untuk memproduktifkan emas agar tidak diam saja menunggu harganya naik.

Strategi investasi emas:

  1. Beli rendah jual tinggi

Ini strategi dasar dalam investasi berbentuk fisik, yaitu buy low – sell high, beli saja sekarang dan jual kembali ketika harganya sudah naik. Untuk naik haji, beli 100-150 gram emas per orang. Untuk umroh, biasanya cukup dengan 50 – 70 gram emas. Emas dalam bentuk Logam Mulia lebih disarankan untuk hal ini.

  1. Beli sedikit, lama-lama jadi bukit

Kalau tidak bisa beli langsung dalam jumlah besar, maka pilihannya adalah beli sedikit demi sedikit sampai jumlahnya mencapai target seperti di atas. Emas dalam bentuk koin Dinar bisa lebih mudah dibeli sedikit-sedikit, atau Logam Mulia juga bisa dengan berlangganan dan memesan terlebih dahulu di toko emas besar.

  1. Beli-gadai-beli

Beli emas, lalu langsung digadaikan. Uang hasil gadainya, dipakai untuk beli emas lagi, tentunya Anda harus siapkan juga uang tunai tambahan. Emas kedua yang dibeli tadi juga digadaikan lagi untuk membeli emas ketiga. Dan begitu seterusnya sehingga di atas kertas, Anda punya berkeping-keping emas dengan modal yang lebih sedikit daripada harus beli tunai semuanya sekaligus. Ketika harga emas sudah tinggi, jual kembali emas yang Anda miliki tadi satu persatu. Hasil penjualan emas terakhir, digunakan untuk menebus keping emas sebelumnya yang kemudian dijual lagi untuk menebus kembali keping emas yang sebelum-sebelumnya. Lakukan itu semua sampai semua emas terjual. Keuntungan dari strategi ini akan lebih besar daripada Anda sekedar beli, simpan, lalu jual ketika harga sudah tinggi.

Itu kalau harga emas naik selama periode gadainya, bagaimana kalau malah turun? Inilah risiko investasi emas dengan strategi ini. Kalau harga emas malah turun, sedangkan periode gadai sudah habis, maka Anda harus nombok untuk biaya gadainya dan kembali menunggu sampai harganya bagus untuk dipanen.

  1. Beli rendah jual tinggi, beli tinggi gadai rendah

Strategi yang keempat ini lebih canggih daripada strategi yang ketiga. Potensi keuntungannya bisa lebih besar, dengan modal yang lebih kecil. Tapi perlu analisa dan perhitungan yang lebih matang, karena risiko nomboknya juga bisa lebih besar.

Strateginya mirip dengan strategi yang ketiga, tapi bedanya adalah kita tidak langsung gadai dan beli lagi sampai maksimal. Yang kita lakukan adalah melihat timing yaitu ketika harga turun barulah kita gadai dan beli emas lagi. Kalau harga naik terus, kita gunakan startegi nomor 2 saja.


Komentar